Postingan

Belajar Menjadi Istri

Marriage is not easy as you see. Jika kamu merasa capek kuliah atau capek kerja lalu bilang “pengen nikah aja”, trust me, itu bukan pikiran yang tepat. Kelihatannya memang asyik yah, enak nikah karena ada teman sehari-hari, teman makan, teman main, teman tidur, teman berantem, teman ketawa sampai teman nonton drakor. Tapi kenyataannya, menikah itu sulit kalau kamu tidak benar-benar siap. Bagiku, menikah berarti siap untuk belajar menjadi seorang istri. Siap untuk bangun lebih pagi, siap untuk masak lebih sering, siap untuk bersih-bersih rumah lebih rajin, sampai siap untuk menerima segala kurang dan lebihnya pasangan. Siap untuk gak hedon juga termasuk. Karena menikah bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk esok dan seterusnya, dimana akan ada yang namanya 1 ditambah 1 menjadi 3 atau 4 bahkan 5. Menjadi seorang istri berarti menghilangkan segala keegoisan. Tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga orang yang hidup seatap dengan kita. Aku tidak bisa lagi bangun ...

Kita hanya Tidak Sadar

Perlu waktu lebih dari sepuluh tahun untuk berhenti mencari padahal sudah menemukan. Aku dan dia, mungkin juga kalian hanya tidak sadar, atau tidak pernah sadar, atau bahkan tidak ingin menyadari bahwa seringnya hal yang selama ini dicari ada di depan mata kita. Seperti aku dan laki-laki yang tidak suka kopi. Dua tahun terakhir adalah masa - masa dimana menjatuhkan hati adalah hal yang paling tidak aku pikirkan lagi. Aku tidak berpikir untuk membagi hidupku dengan satu orang laki-laki. Aku, yang dengan sombongnya berpikir bahwa aku tidak butuh untuk menikah dan dinafkahi oleh orang lain, karena saat itu aku bisa menghidupi diriku sendiri, aku bisa melakukan apapun tanpa harus bergantung pada satu orang laki-laki yang akan aku sebut Suami. Kemudian aku akui, kesombonganku itu muncul akibat lelahnya patah hati, lelahnya berusaha dan berdoa, hingga rasa kesal karena tak kunjung bertemu dengan belahan jiwa. Sampai akhirnya aku dibimbing untuk kembali pada pemikiran yang lurus dan...

Puluhan Purnama

Jadi, gimana rasanya mau nikah? Berat. Kataku. Benar, menikah dan memiliki anak adalah impian setiap perempuan, bukan, semua orang sepertinya. Termasuk aku. Rasanya seperti, entahlah, ada bahagia bercampur ketakutan. Takut nanti gak bisa ini itu, takut drama mertua-menantu, hahahaa Bicara soal jodoh dan menikah, rasanya aneh, seperti tiba-tiba "kok bisa ya?" haha Aku sendiri bahkan masih gak percaya sampai hari ini kalau pernikahanku itu sebulan lagi. Seperti ada perasaan antara siap dan tidak. Antara yakin dan merasa sedang bermimpi. Apalagi kalau ingat jalan cerita menuju pernikahan ini, rasanya gak percaya, oh ada ya yang mau aku jadi istrinya. Bhahahahaha Kata orang, kalau semesta merestui semuanya dimudahkan. Seperti tiba-tiba mudah saja bertemu kembali setelah puluhan purnama. Seperti tiba-tiba mudah untuk meneguhkan hati datang kepada orang tua. Seperti tiba-tiba mudah saja menentukan hari H. Seperti tiba-tiba saja dengan mudah aku mau belajar untuk...

Cokelat Panas dan Obrolan Masa Lalu

Sesekali perempuan itu berpikir bagaimana jadinya jika ia bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalu. Entah apa yang akan dia katakan padanya, entah akan seperti apa raut wajahnya. Mungkin dia akan menyembunyikan kenyataan bahwa bertemu lagi sebenarnya membuat lukanya kembali menganga. "Aku harus tertawa." katanya. Pagi ini ia bergegas mandi. Perempuan itu tidak ingin membuat dia menunggu terlalu lama, atau bahkan melewatkan kesempatan yang ada. "Ini tidak akan ada lagi, pekerjaan rumah lain kali saja", pikirnya. Dan disinilah sekarang perempuan itu, duduk menunggu diantara orang-orang yang berlalu-lalang di salah satu jalanan kota. Lama. Sepuluh menit menunggu, rasanya ada yang salah, harusnya dia tak pergi kesana, tapi sekali lagi... ini hal yang dia inginkan sejak lama. "Tak apa, aku akan bersabar sekarang," batinnya. Rasanya seperti sedang berhalusinasi, ketika perempuan itu melihat seorang lelaki berjalan ke arahnya. Sadar ia menemukan ...

Sunda VS Jawa

Hai there ... apa kabar? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.... Well , aku harusnya nenyelesaikan post cerita soal Haris dan Athaya, tapi.... hahahha I don't know why I am so stuck , dan begitu malas nulisnya. So, itu nanti aja ya. Hari ini aku mau sedikit berbagi pendapat aku soal orang sunda versus orang jawa, dalam hal "PERNIKAHAN". As you know kalau ada mitos yang menyebutkan bahwa orang sunda itu gak boleh nikah sama orang jawa, pamali! Guys, please. For me, marriage isn't about what our oldest people says . Pernikahan itu bukan tergantung pada seperti apa sejarah antar suku menurutku. Pernikahan menurutku ada pada rasa saling percaya. Kalau kamu dari awal sudah mempercayai bahwa pernikahan Sunda-Jawa itu gak bakalan berhasil, so whatever you fight for it, you can't make it. Karena kamu sendiri gak percaya sama keberhasilan masa depanmu. :) Sekarang kenapa sih banyak orang bercerai? Salah satunya menurutku adalah rasa tidak sa...

What a life!

Halo there... how are you ? Lama juga gak nulis-nulis disini, dan hari ini gak tahu mau nulis tentang apa. Cerita-cerita cinta dan patah hati sudah usai, jadi bosan. Mungkin tentang perjalanan kembali ke Yogyakarta bisa menjadi pilihan? Oke, let's do that . So, semuanya berawal ketika saya memutuskan untuk resign dari tempat kerja sebelumnya. Karena apa? Privacy LOL. Singkat cerita, saya kembali ke rumah, menikmati setiap detik dengan berleha-leha -dusta-. Dua bulan saya menjadi pengacara (pengangguran banyak acara :D) membuat saya banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku, ngulik-ngulik resep masakan dan tentu saja kecintaan saya terhadap sesuatu yang bersifat kerajinan tidak bisa ditinggalkan. Maka selama saya tidak bekerja itu, saya mulai berpikir untuk mencoba berbisnis dan pilihan saya jatuh pada kerajinan paper quilling ... dan Alhamdulillah dapet pesanan, yeay!! Yaaah, nggak banyak sih, tapi lumayan buat ngisi kekosongan hati  waktu, haha. Selama itu saya foku...

Secangkir Kopi dan Seteguk Rindu

Hujan, Kopi, Buku dan Kamu. Adalah hal-hal yang tidak pernah membuatku jemu. Suara hujan di sore ini misalnya. Beruntung sekali aku bisa mencium aroma hujan pertama di bulan November bersama laki-laki yang selalu bertanya dimana aku meletakkan barang-barang pribadinya. Ini minggu ketiga kami hidup bersama. Entah apa yang dia perbuat sampai-sampai aku bersedia mendampingi si pelupa ini. Aku rasa saat itu aku sedang tidak sadar diri. “Yang penting aku gak lupa dimana nyimpen hati aku.” begitu selalu dia berkilah. Dia mengatakan itu dengan raut wajah serius, serta tatapan mata tajam kearahku dari jarak yang entah berapa milimeter. Kemudian disusul dengan kalimat “Dan yang paling penting aku gak lupa pada perempuan mana aku harus mendaratkan bibirku.” Aroma kopi selalu tercium darinya setiap kali kami berdekatan. Aroma yang sama seperti sore ini. Aku sedang membaca buku, ketika dua cangkir kopi mendarat di meja bundar tempat kami duduk bersantai di halaman belakang, berte...