Kondangan

Well, it's been a long time since I posted the last one. Kamu tahu, orang-orang bilang kalau sedang jatuh cinta atau patah hati pasti seseorang menjadi begitu puitis dan tiba-tiba hobi menulis. Hmm, they right. It happen to me, at least. Hahahaha. Setelah entah semua perasaan itu kemana, tiba-tiba jadi malas dan seakan ide-idenya sirna dimakan usia (oke lebay, abaikan).
But, this time, I wanna talk about the word "kondangan", which is udah gak asing lagi di telinga kalian pasti. Secara ya, usia-usia 20 tahun ke atas pasti udah sering wara-wiri dari satu gedung ke gedung lain, dari satu kota ke kota lain buat menghadiri acara resepsi. Entah itu nikahannya saudara, teman atau mantan pacar (eh).
Menurutku, ada dua sisi dari menghadiri kondangan. Sisi baik dan sisi buruk. Sisi baiknya adalah kamu bisa ketemu sama teman lama, ketemu saudara jauh juga, kumpul keluarga besar, pokoknya reunian deh, Seru kan? pasti seru. Selain itu, bisa jadi ajang cari jodoh juga. Apalagi kalau teman-temannya si pengantin pria kece-kece abis. Wuuuh, bisa khilaf itu mata.
Tapi, sisi buruknya adalah ketika mereka tiba-tiba melontarkan pertanyaan "kamu kapan nyusul?" atau "datang sama siapa?" atau "pacarnya mana kok gak diajak?" padahal mereka tahu kalau kamu jomblo (pukpuk). Bete kan pasti? Bete banget.

By the way, bulan lalu aku menghadiri undangan pernikahan temanku di Yogyakarta. Dari tempat tinggalku ke sana menghabiskan waktu 8 jam perjalanan, bukan tempat yang dekat. Tapi aku memutuskan untuk datang. Aku mengambil ijin libur 4 hari, selain kondangan biar bisa liburan barang sebentar. Karena hidupku kurang pacar, jangan sampai kurang piknik juga kan? Lalu rekan kerjaku menanyakan hal ini: "kenapa sih kamu bela-belain datang, emangnya kalau kamu nikah nanti dia pasti bakal datang juga?"
Omo, menurutku pemikiran yang seperti itu hanya untuk orang-orang yang berprinsip "give and take". Memenuhi undangan itu bukan soal 'aku bakal datang, biar nanti kamu juga datang'. Memenuhi undangan itu soal memberikan kebahagiaan pada kedua mempelai dengan kedatangan kita. Dan membuat orang lain bahagia itu bernilai ibadah bukan?? Teman kita senang, kitanya dapat pahala. Isn't it good?? Lagipula untuk seseorang yang kamu anggap sahabat, dia yang jadi tempat curhatnya kamu, yang nemenin kamu belajar, main, belanja, makan, tidur, apa sih yang enggak? Karena memberi sebanyaknya itu segalanya, termasuk memberikan waktu luang kita. Jadi, jangan pernah punya pemikiran seperti itu ya guys. Suatu hari, kamu bakal mendapatkan apa yang selayaknya kamu dapatkan, dari memberi.

Majalengka, 6 Juni 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menenggelamkan Senja

Cokelat Panas dan Obrolan Masa Lalu