Kutipan-kutipan

Hari ini aku meminjam dua buah novel, karangannya Boy Candra. Disana ada banyak kalimat yang sepertinya mewakili perasaanku jika kusampaikan padamu. Hanya saja, rasanya itu tak mungkin. Jadi sekarang, aku tuliskan saja ya? Siapa tahu suatu hari kamu berkenan membaca.

“Perihal perasaan semua sama saja. Laki-laki dan perempuan sama-sama ingin bahagia, bukan? Aku memilih menyatakan perasaan bukan semata agar kau membalas perasaanku. Tak lain hanya ingin kau tahu, aku orang yang jatuh cinta padamu. Dan, tidak ingin menyimpannya sendiri.”

“Karena bagiku, mencintaimu saja adalah hal istimewa. Dengan mencintaimu saja aku sudah bahagia. Apalagi bila bisa memiliki dan menyatukan hati denganmu.”

“Aku mulai merasakan perasaan aneh kalau tidak bertemu kamu. Menjadi serba salah kalau sudah berada di dekatmu.”

“Aku juga tidak pernah meminta perasaan seperti ini. Tidak pernah berdoa pada Tuhan agar perasaan ini tumbuh padaku. Dia datang begitu saja. Mengalir bersama keseharian kita.”

“Jika kita tidak mampu bertemu setiap waktu. Setidaknya berusahalah untuk tidak membuat terlalu lama menunggu. Karena jika kita benar saling jatuh cinta. Kita tidak akan pernah membiarkan hati yang utuh menjadi luka.”

“Aku ingat tanpa sengaja mataku menatap matamu sore itu. Semalaman aku berpikir apa aku jatuh cinta kepadamu? Apa semudah itu hati dijatuhi. Satu pandangan saja dan hatiku berdetak tak tertata.”

“Bahkan, pada beberapa kesempatan sebelumnya. Kita sama sekali tidak saling memedulikan. Meski kita sering bertemu di tempat yang sama. Kebetulan saja kita satu kampus. Tidak pernah terbayangkan kenapa tiba-tiba bisa berbicara denganmu.”

“Bisakah kau kemari sebentar. Dekatkanlah telingamu. Aku ingin bercerita beberapa hal kepadamu: tentang dirimu, dan kenapa aku masih saja bertahan untuk memperjuangkan kamu. Untuk bisa menjadi pantas mendampingimu.”
#CatatanPendekuntukCintayangPanjang

“Sudah kupilih kamu menjadi satu-satunya. Tidak ada lagi kubuka hati kepada siapapun lagi. Sebab bagiku kamu saja sudah cukup untuk dicintai.”

#Senja,Hujan,danCeritayangTelahUsai


Yogyakarta, 25 Agustus 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menenggelamkan Senja

Cokelat Panas dan Obrolan Masa Lalu